Advertisements
Pemprov Sulbar

Ia berasal dari keluarga bangsawan tinggi bernama Tana’ Bulawan, yang berarti “kasta emas”. Ayahnya, Bongga Masirin, adalah kepala Kampung Paladan yang saat ini terletak di Kecamatan Sesenapadang, Kabupaten Mamasa.

Pada masa remajanya di tahun 1890-an, Kampung Paladan masih stabil dan memiliki sistem pemerintahan sendiri yang diwariskan secara turun-temurun.

Namun, situasi mulai berubah ketika Pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk menaklukkan wilayah di luar Jawa dan Sumatera, termasuk Sulawesi Selatan dan Barat, karena khawatir akan ekspansi kekuasaan Inggris di Asia Tenggara. Kebijakan ini memicu kerusuhan di kalangan bangsawan yang merasa terganggu.

Perlawanan Terhadap Belanda

Perlawanan fisik pertama Demmatande dimulai pada 1907, ketika ia membantu sahabatnya I Ammana Wewang menolak campur tangan Belanda dalam urusan kerajaan-kerajaan di Sulawesi Barat. Perlawanan ini tidak hanya didasari oleh ketidakadilan kebijakan Belanda, tetapi juga solidaritas antara kerajaan di pesisir Pitu Babana Binanga dan pegunungan Pitu Ulunna Salu.

Dengan 300 pasukannya, Demmatande turun dari gunung untuk membantu I Ammana Wewang, yang membuat namanya masuk dalam daftar hitam Belanda sebagai “pemberontak”. Pada 1910, pasukan Belanda mulai memasuki wilayah Pitu Ulunna Salu. Mereka menunjuk kepala desa boneka (Parengge) untuk memungut pajak tinggi dan upeti dari masyarakat.

Ketika masyarakat tidak mampu membayar, mereka dipaksa melakukan kerja rodi untuk membangun jalan dari Takatikung ke Jembatan Kunyi, Polewali. Demmatande, yang tidak ingin keluarganya disiksa, ikut serta dalam kerja rodi ini.

Amarah Demmatande memuncak setelah dua tahun menjalani kerja paksa, terutama ketika ia melihat tentara Marsose memukuli rakyatnya. Bersama pasukannya, ia melancarkan pemberontakan dengan membunuh mandor dan tentara Marsose yang mengawasi kerja rodi.
Kejadian ini menyebabkan ribuan pekerja melarikan diri ke hutan. Pasukan Belanda mengejar Demmatande hingga ke kampung halamannya di Sumule dan Lita’ Lea, Paladan, pada tahun 1912.

Benteng Salubanga dan Pertempuran Terakhir

Melalui informasi dari mata-mata, Belanda berhasil menemukan tempat tinggal Demmatande.

Advertisements
DPPRD SUlbar 2025

YouTube player