RAKYAT.NEWS, WAJO – Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat melangsungkan Studi Karya Inovasi mereka pada hari kelima di penangkaran Ikan Sidat, Abbanuange, Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan pada Sabtu (3/7/2024).

Penangkaran ini dilelola oleh warga setempat, H. Malla. Hampir semua nelayan di wilayah itu menjual ikan sidat miliknya dalam keadaan hidup ke tempat ini, mulai dari Sidrap, Bone, dan Soppeng.

“Ini adalah jenis kualitas ekspor dan memiliki protein tinggi,’ kata Bahtiar.

Harganya mencapai 100 ribu perkilo, sementara setiap ekor mampu mencapai berat 5-6 kilo.

Bahtiar mendatangi penangkaran ini karena ada kemiripan dengan daerah di Sulawesi Barat. Namun, warga di sana masih menjualnya dengan harga yang masih sangat murah.

“Saya datang di daerah yang mana satu satunya di pulau Sulawesi yang mempunyai komunitas nelayan tangkap ikan sidat yang orang Bugis dan Mandar sebutnya Massapi,” ujar Bahtiar.

Ikan ini banyak diminati oleh warga negara maju seperti China, Jepang, Singapura, serta negara Asia lainnya. Namun, hewan laut ini sangat sulit untuk didapatkan.

Di Sulawesi, ada lima jenis ikan sidat, yaitu Anguilla marmorata, Anguilla celebesensis, Anguilla borneensis, Anguilla bicolor pacifica dan Anguilla interioris. Permintaan jenis ini banyak di konsumsi di Amerika, Eropa, Jepang, Hongkong Taiwan dan China.

Bahtiar mengklaim bahwa Sulbar menjadi tempat hidup ikan sidat. Namun, masih perlu dukungan dari pemerintah. “Selama ini, kan, ambilnya melalui memancing. Nah, di sini rupanya tidak memancing lagi, mereka punya alat. Sehingga, masyarakat Sulbar dapat mengadopsi,” ucapnya.