“DNA saya kayaknya bukan di pegawai negeri. Saya ini orang yang susah dipimpin, saya shio macan, memang leadership. Saya lebih suka memimpin,” ujarnya.

Keinginan untuk memimpin membawanya masuk ke dunia politik. Bersama Almalik Pababari, ia bergabung dengan Golkar dan terjun ke DPRD Kabupaten Mamuju.

“Pemilu 1999, saya kembali masuk DPR. Pak Malik jadi bupati. Karena sudah otonomi penuh, saya jadi Ketua DPRD. Kemudian masuk ke pemilihan langsung. Apa boleh buat, saya berbeda pendapat dengan Pak Malik. Tadinya kawan, akhirnya harus jadi berlawan. Politik memang biasa begitu,” jelasnya.

Perjalanan politiknya terus berlanjut hingga ia menjadi Bupati Mamuju selama 10 tahun. Namun, saat maju dalam pemilihan gubernur, ia mengalami kekalahan.

“Tapi saya ingin berpesan, kalau Anda pernah jatuh, cepatlah bangun. Jangan menunggu orang lain. Bangunlah sendiri dengan sekuat tenaga. Secepat apa kau jatuh, secepat itu juga kau harus bangun,” tegasnya.

Suhardi pun bangkit kembali. Ia kembali masuk ke dunia politik nasional dan duduk di DPR RI selama lima tahun.

“Sesungguhnya saya menemukan diri saya di DPR RI. Saya sudah kembali enak berdiskusi dengan para pimpinan, para menteri. Saya sudah senang di sana,” katanya.

Namun, takdir membawanya kembali ke daerah. Setelah melewati berbagai dinamika politik, Ia akhirnya terpilih menjadi Gubernur Sulawesi Barat.

“Alhamdulillah Kita bisa jadi gubernur,” jelasnya.

Setelah menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Barat, SDK langsung menyadari bahwa provinsi ini membutuhkan perubahan mendasar, baik dalam cara pengambilan kebijakan, pengalokasian anggaran, hingga peningkatan integritas para pejabat di lingkup pemerintahan.

“Mengubah ini tidak bisa dalam satu malam. Harus melalui tahapan yang terukur. Dan saya yakin, bersama Pak JSM, kami mampu melakukan ini tahap demi tahap,” jelasnya.

YouTube player