“Pesan sesungguhnya lebih gampang jadikan anak soleh dan solehah daripada jadi dokter. Cuma sayang, kita lebih bangga anak kita kalau dia dokter dan anggota DPR,” kata dia menambahkan.

Sementara, hal kedua yang dapat menjadi amal jariyah, tak lain ialah sedekah. Yaitu ketika seseorang menyerahkan harganya di jalan Allah SWT, terutama memberi manfaat yang panjang tiada putus bagi orang lain.

“Itu Alquran sudah memberikan ilustrasi atau perumpamaan, kalau anda serahkan harta di jalan Allah, ibaratnya kau menanam satu pohon, yang mana setiap batangnya menghasilkan 100 buah,” paparnya.

Ketika seseorang memberi banyak manfaat bagi orang lain, sehingga pahalanya pun akan senantiasa mengalir kepada orang yang melakukannya meskipun orang yang bersedekah telah meninggal dunia.

“Yang ketiga, yang bisa menolong kita setelah masuk kubur, adalah ilmu yang bermanfaat. Mulai dari pertama, anak yang soleh dan soleha, bersedekah, Ilmu yang bermanfaat, seluruhnya di pesantren inilah tempatnya,” ujar Latif.

“Kalau anda mau punya anak yang soleh dan solehah kirim lah ke pesanetran, kalau mau harta yang bermanfaat, bantu pesantren,” katanya.

Sebelumnya, acara Haul Akbar Ke-23 & Ke-37 untuk mengenang pendiri H. Muhajir Bin H. Subuh dan Hj. Nohim Binti H. Neman, ikut dihadiri sejumlah tokoh agama. Selain Das’ad Latif, ada juga Abuya KH. Abdullah Mukhtar, Buya H. Effendi, KH. Hasan Sonhaji, KH. Fajar Sidiq, KH. Abi Ridwan, Ustadzah Hj. Lis Sholihat, dan Bang Madit. Sementara dari Pemprov Sulbar ikut hadir Sekda Prov Sulbar Muh.Idris, Ketua TP PKK Sulbar Sofha Marwah Bahtiar.

Acara Haul Akbar ini merupakan kesempatan bagi para jamaah untuk bersama-sama mengingat jasa para almarhum yang telah berjasa dalam perkembangan pondok pesantren serta memperkuat ukhuwah Islamiyah di antara para peserta.